Redup

Ini, dimana?

Ah, di Mall, di platform duduk persis depannya swalayan.

Para petugas kasir sibuk melayani pembayaran sementara manager lapangan mondar-mandir ga karuan. Para pembeli lalu-lalang sibuk dengan tentengannya dengan pandangan mata kesegala arah, siapa tau ada yang murah. Anak-anak kecil berlarian girang kesana kemari dengan orang tuanya yang sibuk dengan hape dan tentengan belanjaan.

Gw, duduk disana anonymous tanpa banyak gerak. Pandangan mata mulai redup, seiring dengan hanyutnya seluruh tenaga di tubuh, entah kemana. Rasa sakit makin menjalar dari arah jantung, tapi tak ada daya untuk berontak dan teriak "Hei!!! Gw butuh pertolongan!!!!"

"Mas, sepuluh tahun mas udah hidup dengan pembengkakan jantung, tiga tahun mas menderita gangguan irama detak jantung, dua tahun mas hidup berdampingan dengan alat pacu jantung. Kira-kira hari ini mau dirayakan dengan nonton filem apa di bioskop?" Tanya istri gw beberapa jam yang lalu. "Apa aja lah sayang, yg penting seru." Jawab gw sekenanya, karena lebih berarti jalan-jalan keluar rumah setelah beberapa bulan ga mampu keluar kamar karena sakit sendi, efek obat jantung.

Ah, jantung gw. Organ tubuh paling ga kenal menyerah, paling ga kenal istirahat, paling hebat kerja kerasnya. Menemani susah dan senang, sedih dan amarah gw. Pabrik energi yang ga kenal istirahat. Kali ini pun, ga kenal menyerah. Detakmu meningkat perlahan tapi pasti, dari yg biasanya berdetak santai menjadi berdetak cepat. Entah berapa tekanan jantung dan volume darah yang berhasil dipompa sang pabrik energi ini. Segumpal daging ini apabila baik maka baik seluruh tubuh, apabila buruk maka sakitlah seluruh tubuh.

Ga lama turun dari mobil dan masuk ke mall, tantangan satu per satu dimulai, tantangan perasaan, tantangan kekuatan kaki, tantangan jantung. Alhamdulillah Allah kasih sabar, gwnya aja yg kadang keselan. Tantangan pertama, pandangan mata yg berkesan mencemoohkan atau mengasihani, gw ga bisa bedain antara keduanya. Ya emang sih, gw kemana-mana jalan dibantu tongkat sementara umur gw baru 42-an dan rambut gw masih item semua plus gw agak gendut, manteb banget kan begitu melangkah di mall harus melihat orang-orang dengan pandangan merendahkan.

Tantangan berikutnya ya kekuatan kaki. Ada hubungannya dengan obat-obatan jantung dan sakit di sendi, tapi ga bisa memilih untuk ngga merasa sakit karena masih butuh obat-obat jantung. Tantangan terakhir, kekuatan jantung. Yang ini ga bisa dikira-kira sama sekali karena cenderung random. Dan sepertinya, hari ini .........

Ini, dimana?

Ah, masih di Mall, di platform duduk yang sama, persis depannya swalayan.

Para petugas kasir masih sibuk melayani pembayaran sementara manager lapangan masih saja mondar-mandir ga karuan. Para pembeli pun masih lalu-lalang sibuk dengan tentengannya dengan pandangan mata kesegala arah, siapa tau ada yang murah. Anak-anak kecil yang berlarian girang kesana kemari sudah berkurang jumlahnya

Gw, masih belum bisa bergerak, pandangan mata pun masih redup dengan tanpa ada tenaga untuk sekedar minta pertolongan. Jadi begini rasanya, terdampar ditengah keramaian, jadi iri dengan abang Robinson Crusoe. Sang abang terdampar sendirian di sebuah pulau eksotik yang mempesona, tentu saja dalam keadaan ga sakit jantung.

Terdampar, kondisi ini mungkin sering gw alami, tapi gw ga sadar. Saat sedang ngobrol tiba-tiba gw sadar kalo ternyata gw lagi ngomong sendiri, temen gw udah ga mendengarkan lagi omongan gw, entah karena membosankan atau memang udah malas menganggap gw teman. Jadi, di bidang hubungan antar manusia, gw terdampar di muka bumi ini, ditengah keramaian. Satu-satunya tambatan yang gw punya ya tinggal istri gw.

Entah kenapa, gw teringat mati, teringat kata-kata yang gw ucapkan ke istri gw semalam. Gw bilang dia mungkin akan mudah masuk surga lewat pintu sabar karena selama ini sabar mengurusi suami yang sakit-sakitan ini. Sementara gw, mungkin ga bisa menemaninya di-Sana nanti karena merasa akan dijebloskan ke tempat yang berbeda, dan ga ada yang menolong, bahkan mungkin ga punya sahabat yang merasa kehilangan yang akan menyelamatkan gw. Menangis istri gw.

Sayup-sayup terdengar suara digital murahan "I'll be back"nya Arnold Suasana Sueger, teringat movie dia jadi robot pembunuh, trus masih di seri movie yg karakternya cyborg, sebagian robot sisanya manusia. Setelah dipikir-pikir, gw ya cyborg juga. Di dada gw tertancap alat pacu jantung, semi cyborg gitu lah .........

Ini, dimana?

Ah, masih di Mall, di platform duduk yang sama, persis depannya swalayan.

Para petugas kasir masih sibuk, berlarian. Sementara manager lapangan kok menghilang. Para pembeli pun terlihat berbaris memandangi gw, sementara anak-anak kecil yang berlarian girang kesana kemari sudah ga ada.

Gw, masih belum bisa bergerak, pandangan mata pun masih redup, gw lihat istri gw berlari ke arah gw, slow motion banget, keren. Tapi raut mukanya risau, air mata terlempar kesana kemari. Pokoke terlihat keren. Dengan sisa energi yang gw punya, gw tersenyum. Lalu, redup jatoh dipelukan gelap.

***********

Yang baca, diingatkan, jangan baper. Based on True Story, tapi endingnya ga gini2 amat sih 😁😁😁

Comments

Popular Posts